Penerbit : Harperperennial Modern Classics
Tebal : 340 Halaman
“Because our world is not the same as Othello’s world. You can’t make flivvers without steel-and you can’t make tragedies without social instability. The world’s stable now. People are happy; they get what they want, and they never want what they can’t get. They’re well off; they’re safe; they’re never ill; they’re not afraid of death; they’re blissfully ignorant of passion and old age; they’re plagued with no mothers and fathers; they’ve got no wives, or children, or lovers to feel strongly about; they’re so conditioned that they practically can’t help behaving as they ought to behave.”
Itulah Brave New World nya Aldous Huxley. Dunia dimana manusia dibuat dalam botol di pabrik besar dari telur & sperma terpilih. Tidak ada lagi ikatan keluarga, Ibu, Ayah, Saudara, Pacar. Tidak ada satu orang pun yang terikat pada orang lain. Tidak ada individu, semua manusia adalah bagian dari sistem, semua manusia merasa happy dengan dunia dan peran yang dijalaninya.
Sejak dalam botol setiap calon manusia sudah dikondisikan agar compatible untuk stratanya masing2. Alpha adalah para ras yang memiliki privilege sebagai ras unggul dan hanya diproduksi satu untuk setiap individu. Beta adalah para parempuan yang nantinya akan menjadi donor sel telur untuk para alpha.
Gamma, Delta, dan Epsilon adalah ras para pekerja yang sejak dalam botol, bayi dan balita sudah dikondisikan untuk pekerjaan yang harus dilakukannya di masa depan. Ras simple minded yang merasa bahagia dengan hidupnya. Yang lebih gila lagi, untuk Gamma, Delta dan Epsilon dari satu embrio kemudian dilakukan penggandaan melalui proses yang dinamakan Bokanovsky sehingga satu embrio saja bisa menghasilkan lebih dari sepuluh individu. Cara edan untuk menghemat sel telur.
Pengkondisian setelah individu terbentuk dilakukan sejak bayi & balita melalui intersepsi alam bawah sadar. Dalam tidurnya setiap bayi & balita dicekoki propaganda strata masing2 melalui bantal berbunyi yang mensuarakan dan menanamkan ide2 tersebut ke kepala setiap anak. Jadi ketika dewasa tidak akan ada kecurigaan dan ketidakpuasan antar strata. Setiap individu menerima fitrah stratanya masing2 secara senang hati.
Karena tidak ada lagi ikatan keluarga dan komitmen antar individu, maka setiap laki2 bebas bergaul (secara fisik maupun biologis) dengan perempuan mana saja dan demikian juga sebaliknya. Bebas, tanpa ikatan, tanpa perasaan, kapan saja tergantung agreement waktu dan kesediaan dengan pihak yang diinginkan. Edan eling kan.
Kenapa saya pilih buku ini untuk proyek baca barengnya Blogger Buku Indonesia bulan Agustus ini. Karena saya memang penyuka genre Dystopia, konon Dystopia paling hebat sepanjang masa selain 1984 George Orwell adalah Brave New World nya Aldous Huxley ini, plus bukunya memang udah lama pengen dibaca sudah ada di rak timbunan sejak kapan hari. Hehe. Setelah baca? Memang layak dikasi bintang lima buku ini.
Kalau dalam dunia 1984 masyarakat diatur dan digerakkan dengan ketakutan, maka buku ini lebih advanced mereka-reka sehingga masyarakat bisa diatur dengan manipulasi. Tepatnya manipulasi alam bawah sadar. Dengan demikian tidak akan ada perlawanan, setiap manusia merasa content dengan hidupnya dan melaksanakan peran yang sebenarnya merupakan hasil manipulasi dari tahap embrio. Mereka menjalankan apa yang para rulers ingin mereka untuk jalankan, and they’re perfectly happy with that, not even a glimpse of recessment ever crossed their minds. What can more be ideal that that?? Crazy Aldous Huxley. And I love his craziness.
“Actual happiness always look pretty squalid in comparison with the overcompensations of misery. And, of course, stability isn’t nearly so spectacular as instability. And being contended has none of the glamour of a good fight against misfortune, none of the picturesqueness of a struggle with temptation, or a fatal overthrow by passion or doubt. Happiness is never grand.”
Namun pada akhirnya karena ketidaksempurnaan dalam pembentukan, selalu saja ada individu yang nyeleneh, yang menurut pandangan general tidak sesuai dengan kualitas yang distandardkan alias non conformity. Hehe. Salah satunya tokoh utama kita Bernard Marx yang menurut semua orang terlalu individual dan bertindak di luar tatanan seharusnya.
Perjalanan Bernard Marx selanjutnya akan membuat kita sangat tergelitik (setidaknya saya). Are happiness really equal to contentment and stability? Are struggle, drama, love only led to desctruction and not worth the trouble?
Akkhhh… Buku gila ini sungguh menanamkan ide-ide (yang belum tentu baik) di kepala saya. Plus di edisi revisited yang saya baca ini ada review ulang dari Aldous Huxley sendiri pada tahun 1950-an tentang bukunya yang pertama terbit pada tahun 1931 ini. Pada intinya om Aldous terkejut dengan realitas bahwa hanya beberapa tahun setelah khayalannya dibukukan kejadian demi kejadian menunjukkan bahwa bukan tidak mungkin dunia yang ia khayalkan akan menjadi kenyataan lebih cepat dari yang ia sendiri bayangkan.
Tapi uraian nya memang masuk akal dan membuat saya merasa sedikit gelisah. Semua mungkin terjadi dan ada ilmunya. Tinggal menunggu terjadinya Chaos yang memojokkan manusia untuk mau tidak mau menciptakan tatanan baru. And I do feel that this world we live in is on the edge of Chaos. Frightening!! He who holds the knowledge, holds the power.
“But I don’t want comfort. I want God, I want poetry, I want real danger, I want freedom, I want goodness, I want sin.”
“In fact.” Said Mustapha Mond, “you’re claiming the right to be unhappy.”
“All right then, I’m claiming the right to be unhappy!”
#wishlist !!!
Hahahaha.. Setuju!! Masukin wishlist 🙂 *ngomporin*
Kayaknya ini lebih ke dystopian yang science fiction ya?
Yups, bisa juga mba. Secara science sangat memungkinkan soalnya 🙂
buku ini mmg buku modern classics yg wajib baca.. udah di tbr dari kapan hari juga. pengen baca! lihat list buku2nya aldous huxley yg lain seru2 juga, beliau mmg filosofer ya…
Iya.. Aku jadi pengen hunting bukunya Aldous Huxley yang lain. And you are right He is a life philosopher (judging from his own revisited review of this book)
ini genrenya Dystopia ya mba? Masukin Wishlist lagi >.<
Iya, ini Dystopia wajib baca dek! *ngomporin*
Kalo ada yg bahasa Indonya, aku pasti baca heheheh
Aku juga nda tau nih udah diterjemahin apa blon. Ayo colek siapa gt minta terjemahin, hihihi 🙂
kalo baca buku2 genre dystopia, aku suka merasa gimanaya… terheran2 sendiri *bisa gitu ya menciptakan dunia seperti itu*, rada2 ngeri seandainya memang dunia seperti itu ada…
*next… wishlist*
So far sih yang ini yang paling bikin aku ngeri fer.. Bukan ngga mungkin someday in the future dunia bener2 jd kyk gini tatanannya.. Hiii..
Yak, udah dimasukkan di shelf cari-pinjaman. Biar sebenarnya bukan penggemar dystopia, aku kagum dengan imajinasi penulis2 genre ini. dan aku juga pengen membandingkan 1984 sama BNW! Hohoho.
Hahaha.. Lebih banyak dystopia yg inspired sama 1984 memang.. Yg ini mmg banyak bau science fiction nya.. Kl dah ada waktu baca pinjamlah punyaku.. 😉
Eh, salah kasih link yang pertama ~_~ maksudku ini: http://m.thestar.com/news/insight/article/1246819–brave-new-world-aldous-huxley-s-predictions-seem-to-be-upon-us
Udah baca.. Merinding jadinya dek 😦
kok jadi teringat Matched-nya Alison Condie hehe, tapi ini urban fantasy semi dystopia, ini bukannya sudah di filmkan ya ? Masuk wishlist … smg sgr ada terjemahannya haha
Waaaa… Matched mah kayak maenan anak2 dibandingin sama buku master nya ini mba… Malah banyak romance nya YA dystopia mah… Ini jauh jauh jauh lebih bersungguh-sungguh 🙂
Keren ah ini *ikutan masukin wish-list*
*berdoa semoga terjemahannya cepet keluar*
Iyaaaa… Keren banget ky… Masukin wishlist gih! Hihi * ngomporin*
uda di masukiiiin.. tapi tetep nunggu terjemahannya ajah ah *gampang nyerah* *kapan bacanya*
Kikikikik.. Jadi inget inheritance yang tak kunjung dibaca & keburu keluar terjemahannya, hihi.. 🙂
Iyah, mba akhirnya kemarin itu aku balikin tanpa dibaca dan sampe skg juga blm beli terjemahannya =))
Hehehe.. Kirain dah baca terjemahannya ky 😉
Hehe, belum mba *jadi malu*
Kikikikikik… 😀 it’s okay…
Sereeem >.<
Nisa demen banget baca buku macam begini ya, hihihi. Aku nyerah deh, tapi seperti biasa, reviewnya keren!! 🙂
Hahahaha.. Iya ya mi! Kok kyknya aku demen buku2 serem kayak gini.. 😉 hhhmmm.. Thanks mia!! Seneng ya baca bareng bulan ini rame & seru!! 🙂
ternyata ide-ide dalam buku dystopia memang ngeri-ngeri ya, atau penulisnya yang “edan”, hehehe
Hehehe.. Penulisnya kali ya.. Gimana ceritanya sampe kepikiran ide2 kyk yang ada dalam buku ini coba?? 🙂
paling ngeri baca buku dystopian yang mungkin terjadi beneran di masa depan..hehehe…antara fiksi dan kenyataan semakin tipis aja ya =)
Reblogged this on Baca Klasik.
Thanks Mel! 😀
“while most people pinned on george orwell’s 1984, aldous huxley came and point out that orwell may be missed the mark about the future.”
keren! jadi pengen baca.
Ayo baca!! Both 1984 & brave new world are master piece.. 😀
Jujur aku belum kelar baca reviewnya, hanya dua paragraf pertama (minus bahasa Inggrisnya) dan langsung masukin buku ini ke daftar cari!
Sejak THG, aku jadi jatuh cinta pada novel” dystopia >.<
Hihihi.. Kalo butuh referensi aku juga penyuka dystopia loh! 🙂 yg keren lg tuh selain 1984 & Brave New World, Handmaid’s Tale nya Margaret Atwood
Aku pernah baca judul buku itu. Dan ya, judul bukunya sangat menggugah air liur (baca: rasa penasaran) Tapi sampai sekarang belum mencari bukunya, heheh 😳
Dan emang tidak kunjung diterjemahkan.. Hehehe.. Kenapa genre Dystopia (yg bukan young adults tapi) jarang ada yg mau nerjemahin ya?? Hhhmm..
Buku sebagus gini kok nggak ada yang mau nerjemahin ya? :O
Ntah.. Mungkin karena idenya yang berbahaya 🙂 hehe.. Tapi ngga segitunya juga.. Ayo kita panas2in para penerbit! Hehe..
Dalam kelas di jurusan bahasa dan sastra Inggris, buku ini selalu jadi yang utama dan dijadikan rujukan sebagai bahan bacaan.
Dan baru kali ini, saya membaca review mengenai Brave New World seperti sekarang. Menarik sekali. Ini buku lama yang memang sangat bagus. 😀
Oya? Ternyata memang banyak dijadikan rujukan ya? Memang bagus banget sih buku ini, dan sebenernya nyesel jg baru baca sekarang2. Hehe.
Iya, Brave New World dan 1984 sering dijadikan rujukan. Bicara tentang konsep ‘new world’ yang jadi tema yang besar saat itu. 😀
Pencinta buku dystopia, Nis?
Iya.. Semenjak baca 1984 kesengsem sama dystopia 😀
Penulis lokal sudah ada yang angkat dystopia gitu belum Nis?
So far yang saya tau sih belum ada.. Tapi ngga tau juga deng.. Siapatau ada cuma sayanya aja yang ketinggalan info, hehe 🙂
Kalau Nisa sendiri yang coba buat bagaimana? That’s such a good challenge anyway. 😉
Hahaha.. Boleh juga dicoba.. 🙂
belum ada terjemahannya yah???
buku dystopia baru baca animal farm, itu juga beruntung dapat buku terjemahannya
mau beli buku 1984, sayang susah dicarinya, dapatnya cuma ebook, makanya belum selesai dibacanya
fahrenheit 451 juga keliatannya bagus, berdasarkan review yg saya baca, isinya tentang buku2 yg dibakar, terjemahannya sepertinya tidak ada juga 😦
nih nambahin buku dystopia, mungkin juga uda tau
http://www.goodreads.com/list/show/563.Dystopia_
Iya Brave new world memang blm ada terjemahannya. Wah Fahrenheit 451 saya juga udah lama pengen baca 😉 thanks buat link nya ya!
kalau 2013 sekarang brave new world udah ad terjemahannya ndak? aku butuh banget nie buat ujian
Setauku sih belum ada terjemahannya..
animal farm belum dibaca ya?
coba dibaca deh, rekomended banget
gila, sinting george orwell, saya aja jadi emosi baca buku itu, marah pada napoleon, squeler, bahkan pada boxer yg begitu bodohnya
bener2 merefleksikan keadaan di dunia bahkan di negeri sendiri
Udah punya bukunya.. Mudah2an bisa segera kebaca 😉
mba Anissa , mba beli buku2 baru or second
biasanya beli dimna mba?
aku dan teman2ku lagi cari buku nii
son and lovers, to the lighthouse
buat referensi skripsi…
waktu itu siii pernah pesan di niagara buku bandung
tapi itu toko lagi diperbaiki
ga bisa pesan dech
Saya domisilinya di bandung. Kalo baru biasanya beli di periplus setiabudhi supemarket, yang second di toko buku reading lights di jln siliwangi. Kalo on line yang second ada di betterworldbooks.com free ongkir datangnya 3 mingguan, yang baru ada di bookdepository.com free ongkir juga tapi datangnya lebih lama sekitar 1 bulanan. Kalo mau saya bisa cariin ebooknya, gimana? Ada alamat email ngga, nanti komunikasi via email aja gimana? 🙂
yaampun ak ketinggalan, emang pernah ya mb BBI ada baca bareng buku dytopia, huhuhu. ak selalu suka sama buku2 yg dibaca mb nisa sayangnya kebanyakan inggris, ngarep semua diterjemin 🙂
Belooooonnn, BBI belon pernah baca bareng dystopia!! Ayuk kita usulkan, hihihi.. Ayo baca bahasa inggrisnya aja, itung2 latihan, nungguin diterjemahin mah lama dek! hihi 😉
Ulasan yang menarik, mbak. Saya juga penggemar novel2 dystopia. Sayangnya, meski sudah ada e-booknya, saya belum baca BNW. Saya dalam posisi menunggu terjemahannya keluar. Hehehe.
Sekedar sharing aja, sebelum BNW dan bahkan 1984, ada satu karya dystopia yang sudah dahulu terbit, yakni “We” karya Yevgeny Zamyatin (Eugene Zamyatin), pria berkebangsaan Rusia. Saya juga sudah punya e-booknya, tapi masih baca beberapa bab saja. Hehehe
Waaaaah makasih banget nih rekomendasinya.. Langsung saya uber bukunya.. Dari hasil baca berbagai buku dystopia, BNW ini memang idenya paling “edan” di sisi lain paling mungkin.. Hehe..
Wah, jadi pengen cepet2 baca BNW.
Oiya, sebenernya aku pengen banget diskusi banyak tentang 1984 atau novel2 distopia lainnya, tapi sulit cari temen diskusi. Untungnya nemu blog ini.
Nah masalah novel2 distopia, banyak yang mengira itu hanyalah karya fisksi. Pendapat itu gak salah, tapi juga kurang tepat. 1984 contohnya. Novel itu berangkat dari fakta yang dilihat langsung oleh Orwell dari pengalamannya sebagai jurnalis. Cuma ia mengemasnya dalam bentuk tulisan fiksi – mungkin salah satu alasannya adalah keselamatan. Contoh yang paling dekat dari kita adalah politik rezim Orde Baru. Semua kritik terhadap penguasa dibungkam. Penculikan aktivis menjadi rahasia umum kala itu. Inilah kontrol terhadap pikiran kriminal. Para intelejen tersebar di pelosok negeri, tidak terkecuali di kampus-kampus. Itu adalah manifestasi teleskrin di cerita 1984. Dan yang tidak kalah penting adalah pekan benci, yang juga pernah kita alami ketika setiap tanggal 30 September TVRI menyiarkan film Pemberontakan G30S/PKI. Sewaktu SD, saya diwajibkan untuk menonton. Sehingga kebencian terhadap PKI, dan yang berhubungan dengannya, terus menerus diproduksi. Karakteristik yang terakhir disebut selalu muncul baik di BNW, 1984, maupun We. Otak ini sudah dikendalikan oleh ‘rezim kebenaran’.
Kalau mau diskusi banyak, mungkin bisa add FB saya, mbak. Dion Maulana Prasetya. Salam kenal 🙂
Iya tuh. Saya juga pernah baca tentang latar belakang 1984 nya Orwell. Dystopia itu selalu menarik buat saya karena tujuan awalnya selalu untuk menciptakan tatanan dunia baru yang lebih stabil, tetapi selalu ada flaw dan perlahan2 retak karena memang sifat2 alami manusia itu tidak bisa dikekang.
Sejauh ini ide yang sangat mungkin dilakukan buat meredam dan mengalter human nature ya ide du BNW ini. Makanya saya bilang brilian sekaligus mengerikan. Saya belum baca We, jd ga terlalu tau. Tapi so far buku2 dystopia memang banyaknya berkiblat ke 1984 🙂 jarang yang memodif ide di BNW ini.
Udh lama buku ini ada di rak. Dan makin semngat buat bcanya. :))