The Martian By Andy Weir

“They say once you grow crops somewhere, you have officially ‘colonised’ it. So technically, I colonised Mars.
In your face, Neil Armstrong!”

Meet Mark Watney, our hero in this book.

Jikalau kamu tumbuh besar di tahun 90an kamu pasti inget dong pria serba bisa ini : macgyver

Man he can make anything out of nothing!

This Mark Watney is a more sophisticated, witty and modern version of MacGyver, plus kalo MacGyver mempraktekkan kecerdasannya di bumi dimana beliau bisa bebas menghirup oksigen, Mark Watney harus memutar otak secerdas mungkin di PLANET MARS aja dong.

Hahaha!

Mark Watney adalah salah satu astronot pesawat luar angkasa Ares 3 yang sedang menjalani misi dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) di planet Mars. Mark Watney mempunyai keahlian sebagai Botanist dan Mechanical Engineer dalam misi ini.

Ketika badai debu disertai angin melanda Acidalia Planitia – tempat pesawat luar angkasa Ares 3 mendarat, semua kru Ares 3 bersegera menyelamatkan diri masuk ke pesawat luar angkasa Ares 3 dan segera pergi dari permukaan planet Mars.

Sialnya, Mark Watney menabrak antenna dan jatuh pingsan di tengah-tengah badai debu tersebut. Kru lainnya yang telah berkumpul di Ares 3 berasumsi dan berhipotesis jikalau Mark (hampir pasti) sudah mati, dan mereka pun meninggalkan planet Mars.

Terbangun dan terbengkalai di planet Mars, geeky nerdy Mark Watney tidak memberikan kesempatan kepada dirinya sendiri untuk berlebay-lebay meratap karena ditinggalkan sendirian di planet Mars, dia segera begerak menuju The Hab (sepertinya ini adalah tempat atau stasiun semi permanen tempat para astronot beristirahat selama mereka berkeliaran di planet Mars) dan melakukan inventory mengenai barang krusial apa saja yang ia miliki dan memikirkan bagaimana caranya ia bisa bertahan sampai misi mars berikutnya.

Tepatnya, bagaimana ia harus bertahan dengan jatah makanan luar angkasa untuk 6 orang selama 50 hari, 300 galon air dan 12 buah kentang selama 4 tahun sampai misi ke Mars berikutnya (Ares 4) datang.

Sementara itu berhari2 kemudian di bumi, orang2 di NASA baru menyadari blunder yang meraka lakukan bahwa Mark Watney masih hidup, tertinggal dan wira wiri sendiri di planet Mars melalui rekaman citra satelit. Berita tersebut bocor ke media dan Mark pun segera menjadi pusat perhatian di seluruh dunia (ya iyalah).

NASA segera mereka-reka berbagai scenario penyelamatan yang mungkin dilakukan untuk menjemput Mark Watney.

“He’s stuck out there. He thinks he’s totally alone and that we all gave up on him. What kind of effect does that have on a man’s psychology?” He turned back to Venkat. “I wonder what he’s thinking right now.”

LOG ENTRY: SOL 61 How come Aquaman can control whales? They’re mammals! Makes no sense.”

Sementara itu di planet Mars, Mark dengan rajin merekam segala aktivitas yang ia lakukan untuk membuat dirinya sendiri bertahan hidup.

Termasuk dengan cerdasnya berhasil menumbuhkan kentang didalam The Hab dengan menggunakan tanah mars yang diperkaya oleh bakteri2 dari sisa pencernaan manusia (tebak sendiri apa itu, hihihi ;p) dan memperbanyak cadangan air sesuai kebutuhannya.

Kedengerannya gampang ya? Tapi kalo dibaca bukunya kebayang deh otak macam apa yang dibutuhkan untuk merancang dan mengeksekusi rencana-rencana yang dijalankan oleh Mark Watney. Thank God he’s a genius!

Edun dan unbelievable bagaimana Mark Watney mempertahankan hidupnya (fisik dan mental) sendirian di Mars sana. Peluang ia untuk diselamatkan sangaaaaaaaaaaaat kecil dan kita sebagai pembaca dibuat ngga bisa berhenti menguntit hari2 Mark di planet Mars dan geleng2 kepala sendiri atau ketawa terkekeh2 sendiri membaca kelakuan Mark Watney.

Hehehe.

Will the odds be ever in his favor?

18401393Read it yourself yaaaa.. Buku ini saya rekomendasikan banget, 5 dari 5 bintang untuk The Martian.

PS : Saya udah siap2 kecewa dengan filmnya, yang jadi Mark Watney-nya Matt Damon yang notabene tidak sesuai dengan si geeky Mark Watney yang ada di kepala saya ;p hehehe. Baca bukunya aja yaa, dijamin lebih seru!

“Yes, of course duct tape works in a near-vacuum. Duct tape works anywhere. Duct tape is magic and should be worshiped.”

“Also, please watch your language. Everything you type is being broadcast live all over the world. [12:15] WATNEY: Look! A pair of boobs! -> (.Y.)”

“Each crewman had their own laptop. So I have six at my disposal. Rather, I had six. I now have five. I thought a laptop would be fine outside. It’s just electronics, right? It’ll keep warm enough to operate in the short term, and it doesn’t need air for anything. It died instantly. The screen went black before I was out of the airlock. Turns out the “L” in “LCD” stands for “Liquid.” I guess it either froze or boiled off. Maybe I’ll post a consumer review. “Brought product to surface of Mars. It stopped working. 0/10.”

The Hundred Year Old Man Who Climbed Out of the Window and Disappeard By Jonas Jonasson

13486632Penerbit : Hesperus Press Limited

Tebal : 393 Halaman

“Things are what they are, and whatever will be, will be.”

Haha! Saya nutup halaman terakhir buku ini asli sambil ketawa cekikikan. Padahal ngga sengaja nemu waktu lagi browsing2 di bookdepository dan kesengsem sama judulnya yang menarik. Emang bikin penasaran kan judulnya? Hehe..

Merasa beruntung karena jenis cerita macem gini adalah salah satu jenis yang paling saya suka. Ibarat perpaduan antara Forrest Gump nya Winston Groom dan Good Omens nya Neil Gaiman sama Terry Pratchett. Lucu, humoris dan sedikit absurd. Hehe.

Alkisah seorang tua di rumah jompo yang bernama Allan Karlsson, beberapa jam lagi ia harus menghadiri pesta ulang tahunnya yang keseratus. Karena pencapaian umur yang cukup langka itu panti jomponya memutuskan  untuk mengadakan pesta yang sedikit heboh. Walikota dan beberapa media akan datang untuk meliput peristiwa langka tersebut.

Allan yang enggan menghadiri pesta tersebut akhirnya memutuskan untuk kabur dengan melompat dari jendela kamarnya dan mendarat di semak bunga yang terletak di bawah jendela. Masih menggunakan sendal tidurnya, Allan berhasil mengaburkan jejak pelariannya dan tiba di stasiun bus untuk lalu membeli tiket bus jalur apapun yang berangkat paling cepat.

Secara kebetulan di stasiun bus yang sepi itu hanya ada satu orang lain yang duduk bersamanya di ruang tunggu. Anak muda tersebut memakai jaket dengan tulisan “Never Again” dan membawa sebuah koper perak dengan ukuran yang cukup besar.

Dengan polos(atau bodoh)nya anak mudah tersebut menitipkan kopernya kepada Allan karena harus pergi ke kamar kecil (koper sebesar itu tidak akan muat dibawa ke kamar kecil). Di saat bersamaan bus yang Allan tunggu tiba, dan di dalam pikirannya mungkin di koper tersebut akan tersedia beberapa potong baju ganti dan sepasang sepatu (kalau ia beruntung). Tanpa pikir panjang Allan membawa koper yang bukan miliknya itu ke dalam bus dan berlalu melanjutkan perjalanan.

Di saat yang bersamaan pesta ulang tahun Allan yang keseratus telah siap dilaksanakan. Seluruh tamu undangan telah siap menyambut sang birthday boy. Alangkah terkejutnya direktur panti jompo ketika menemukan bahwa Allan tidak ada di kamarnya. Fakta bahwa walikota dan media telah ada di tempat itu menyebabkan peristiwa hilangnya Allan menjadi heboh. Pencarian sang sepuh pun dilakukan dan media dengan ramainya memberitakan perihal hilangnya “Sang Orang Tua yang Berumur 100 Tahun” dari panti jompo.

Lalu bagaimana kabarnya anak muda yang kopernya dibajak oleh Allan? Ternyata “Never Again” adalah nama suatu geng mafia yang memiliki spesialisasi di bidang perampokan dan perdagangan obat terlarang. Koper yang Allan curi penuh berisi uang. Tidak tanggung murkanya anak muda tersebut mendapati bahwa dirinya telah dikerjai oleh seorang kakek renta. Dengan geram (dan takut pada bos mafianya) anak mudah tersebut segera menyusul Allan dengan Bus berikutnya.

Dan petualangan absurd Allan yang melibatkan geng mafia dan sekumpulan polisi inkompeten pun dimulai. Allan diduga diculik, untuk kemudian diburu dengan tuduhan pembunuhan terhadap (tidak tanggung2) tiga orang.

“People could behave all they like, but Allan considered that in general it was quite unnecessary to be grumpy if you had the chance not to.”

Cerita digambarkan melalui kisah Allan di masa sekarang dan kilas balik cerita hidupnya. Melalui kilas balik itulah kita kemudian mengetahui bahwa tidak hanya menyaksikan sebagian besar peristiwa di abad 20-an, bahkan Allan pun terlibat dalam berbagai peristiwa besar di abad tersebut melalui keahlian otodidaknya dalam hal membuat bom.

Sebutlah berteman baik dengan Harry S. Truman, menyelamatkan istri Mao Tse-tung, bertengkar dengan Stalin, menjadi penghuni  camp Gulag dan kemudian berlibur berbelas-belas tahun di Bali, Indonesia. Hahaha!! This story is so funny and amusing that it makes me smile over and over again while writing the review.

Ah, sebenernya asik banget kalo buku ini ada yang mau terbitin di Indonesia, tapi terus terang saya khawatir dengan masyarakat Indonesia yang suka terlalu sensitif. Kenapa? Soalnya Indonesia digambarkan dalam buku ini sebagai tempat dimana segala sesuatunya bisa dibeli dengan uang (dimana kurang lebih saya sependapat dengan penulis). Reputasi, jabatan, identitas, ijasah, you name it! Hihihi..

Lima dari lima bintang dari saya untuk keseruan nan absurd buku ini.

“Allan asked the representative of the Indonesian Government to sit down. And then he explained that he had given the Bomb to Stalin, and that had been a mistake because Stalin was as crazy as they come. So first, Allan wanted to know about the mental state of Indonesian President.

The Government representative replied that President Yudhoyono was a very wise and responsible person.

‘I am glad to hear it,’ said Allan.’In that case I’d be happy to help out.’

And that’s what he did.

The End”

Nguping Jakarta

Penerbit : B First

Tebal : 215 Halaman

Ya ampun buku ini sukses membuat saya ketawa cekikikan ala kunti sendiri tengah malem. Hehehe. Jadi, buku ini isinya adalah potongan-potongan pembicaraan yang absurd dari penghuni Ibukotajakartarayamegapolitan yang ngga sengaja didengar orang lain dan dilaporkan kepada makelar, si kuping kiri dan si kuping kanan.

Awalnya mereka menulis isi pembicaraan2 tersebut dalam situs ngupingjakarta.blogspot.com sebelum akhirnya diterbitkan dalam format buku seperti sekarang. Blog ini suka saya buka di  kantor kalo lagi suntuk dan biasanya sukses ngebuat saya ketawa cekakakan sendiri di ruangan.

Potongan-potongan pembicaraan dikelompokkan ke dalam enam bagian : Cerahnya dunia pendidikan kita, Saat kecepatan suara lebih tinggi dari kecepatan pikiran, Gagap (ngomong) teknologi, Tepuk jidat berjamaah, Cerita keluarga tanpa rencana dan Diantara Kantor, klien dan tenggat.

Pokoknya buku ini cocok banget buat yang lagi ingin menghibur diri dan ngga keberatan dilirikin orang-orang gara-gara ketawa-ketawa sendiri wkwkwk.

Berikut beberapa contoh isi pembicaraan absurd tersebut :

Cerahnya dunia pendidikan kita

Awas Kalo Dia Sampai Bersin-bersin Kedinginan

Mahasiwa : Woi, mana flashdisk lo, mau presentasi nih… (…) Mana tutupnya? Nanti kena virus loh!”

Fakultas ilmu komputer di Depok, di dengar oleh dosen yang kehilangan harapan.

Saat Kecepatan Suara Lebih Tinggi daripada Kecepatan Pikiran

Yang Pasti Ponsel Gak Bakalan Low Batt

Cewek : “Grup yang kemarin ke Pulau Seribu itu memang beda kelas sama kita. Kalo mereka, kan, golongan genset, jadi maunya semua serbanyaman dan enak.”

Warung bakso di Jakarta, didengar oleh semua teman yang langsung memesan solar supaya dibilang elit.

Gagap (Ngomong) Teknologi

Sekarang Semua Bisa Di-Google

Wartawan : “Lalu, apa yang membuat Mbak yakin mencalonkan diri?”

Artis : “Gue memang nol di politik, tapi gue baca buku dan internet, kok.”

Didengar oleh pemirsa televisi yang langsung berniat Golput seumur hidupnya.

Tepuk Jidat Berjamaah

Memang Lebih Pintar Dari Pemiliknya

Pramugari “Pak, tolong HP nya dimatikan.”

Penumpang : “Mbak, gak tahu ya? Ini bukan HP, ini BlackBerry.”

Didengar penumpang lain yang ingin mengunci si penumpang dalam bagasi.

Cerita Keluarga Tanpa Rencana

Dan Jangan Belajar, Nyontek Aja.

Sepupu : “Kamu suka pelajaran Fisika, gak?”

Anak : “Gak suka, abis bosenin. Kalo lagi bosen, biasanya aku tidur di kelas.”

Ayah : “oh, masih mending. Dulu waktu Ayah sekolah, kalo lagi bosen, Ayah bolos aja.”

Didengar oleh Ibu yang memutuskan untuk menjauhkan si anak dari ayahnya.. setidaknya sampe si anak lulus kuliah.

Di Antara Kantor, Klien, dan Tenggat

Lain Kali Ajak Nonton Film 2012

Marcomm Manager : “Eh, nonton Fantastic Four yang baru, yuk, ntar malem?”

Project Manager : “Aduh mau banget. Tapi gue belum nonton yang 1 sampai 3 nih, takutnya ngga ngerti.”

Di sebuah ruangan kantor bank asing di Jakarta, didengarkan oleh tetangga-tetangga kubikelnya sambil cekikikan.