Tebal : 312 Halaman
“Ah, Mae, dunia tidak sekelam yang kau perlihatkan kepadaku”
Baru kali ini baca bukunya Windry Ramadhina. Aaakkhhhh buku ini mengingatkan saya tentang betapa pentingnya “kewarasan” orang tua dalam membentuk kepribadian anak. Anak-anak tidak bisa memilih ingin dilahirkan di keluarga mana. Orangtua lah yang harus bertanggungjawab terhadap pilihan mereka. Terhadap kehidupan manusia lain yang sudah dititipkan oleh Tuhan.
Kenapa saya jadi membahas tentang ini? Karena Mahoni, sang perempuan mudah tokoh utama dalam buku ini adalah bentuk konsekuensi dari betapa egois sang Ibu dalam mangatasi permasalahan hidupnya.
Mahoni kecil sering sekali menyaksikan Ayah dan Ibunya bertengkar. Mahoni yang sangat mengidolakan Ayahnya sangat terkejut ketika suatu hari ditodong untuk ikut Ibunya pergi dari rumah. Ibunya, Mae, adalah tipe drama queen yang selalu merasa dirinya adalah korban dengan nasib paling naas di dunia. Mahoni dibesarkan dengan hawa negatif yang menyudutkan sang Ayah yang kemudian menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Grace. Ya, Mahoni pun tumbuh besar membenci Ayahnya.
Mahoni tumbuh menjadi perempuan muda yang keras dan engga membagi perasaannya. Kuliah di jurusan arsitektur membuatnya dekat dengan si jenius berandal Simon. Tidak bisa disangkal bahwa Mahoni dan Simon menyimpan perasaan satu sama lain. Namun di saat kelulusan, ketika Simon akan memintanya untuk selangkah lebih serius, Mahoni takut benteng yang sudah dibangunnya runtuh. Ia pun lari dan memilih untuk menyisihkan perasaannya.
Mahoni pun hijrah ke Virginia, bekerja di suatu biro arsitek disana dan cukup sukses dalam karirnya. Mahoni seolah ingin melupakan kehidupannya yang dulu. Ayahnya yang telah berhianat, Ibunya yang telah mengukung dirinya dalam drama pribadinya.
Ketika sebuah pesan telepon memberitahukan bahwa Ayahnya dan Grace telah meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan lalu lintas. Mahoni pun tidak punya pilihan lain, ia harus pulang dan menghadapi kehampaannya mendengar bahwa Ayahnya telah meninggal dunia.
Di Jakarta ia mendapati kenyataan bahwa ia harus bertanggungjawab atas adik lelaki tirinya, Sigi yang masih duduk di kelas satu sma. Mahoni tiba2 saja harus melepas kehidupannya di Virgina. Rela? Tentu tidak, pada awalnya Mahoni menjalani semua tanpa niat. Sikap Sigi lah yang kemudian meluluhkan keras hati Mahoni.
Di sisi lain, Mahoni kembali bertemu dengan Simon. Bahkan ikut membantu sebagai arsitek free lance di perusahaan Simon. Namun kali ini di sisi Simon sudah ada seorang perempuan cantik bernama Sofia. Mereka kuliah bersama dan kemudian mendirikan perusahaan bersama pula. Mahoni tidak bisa menyangkal bahwa masih tersisa rasa untuk Simon, namun sanggupkah Mahoni menjadi sosok yang sangat ia benci. Grace yang telah merebut papanya.
Baca cerita ini saya jadi pengen punya rumah sendiri yang dindingnya dipenuhi sama rak buku. Windry menggambarkan detail arsitektur sebuah bangunan dengan sangat baik hingga seolah-olah kita bisa melihatnya. Bahasanya juga ringan mengalir, tidak berat dan tidak ada adegan yang terlalu dramatis.
Pasti para cewe2 akan kesengsem sama sosok Sigi yang manis dan cool. Hehe. Saya ngebayanginnya kayak cowo2 di film korea yang ngga banyak omong tapi sweet. Kalo Simon mah kayak cowo2 di film Indonesia yang agak2 jutek gimana tapi tetep aja bikin cewe2 suka.
Buku simple yang ringan dan enak buat dibaca!!
Wah…. Bukunya tidak terlalu mengecewakan yah??? Syukurlah… Soalnya sudah diorder…
Yang Sweet Nothings udah baca mbak???
Iya. Bukunya OK kok. Ngga terlalu bikin esmosi naek turun. Bikin ademlah, hehe. Sweet Nothings belum baca 🙂
dapat bisikan sesat dari teman katanya sih Memori sama Sweet Nothings profesinya keren dan gak biasa (chef dan arsitek yak kalau gak salah) walau dari segi cerita agak mirip. Kata temen sih gitu mbak… gak tau bener atau gak…. tapi pengarangnya aja beda, masa bisa mirip sih…. *bingung sendiri*
Jadi pengen Sweet Nothings.. Aaaaahhh putri sih, hihihi.. 😉
Akkk ak suka banget mb buku ini, coba baca bukunya Windry yang lain, yang Metropolis, semacam thriller gitu. Aksuka banget sama Simin, suka juga sama Sigi, hehehe, trenyuh dengan hubungannya dengan Mahoni, terlebih pas membawakan payung di kereta itu :))
Iya Siginya emang unyu!! Hehe.. Ngga terlalu suka bgt sama simon, tapi bagusnya di buku ini ngga ada tokoh yang ekstrim baik atau ekstrim jahat.. Jd kerasanya wajar bgt.. We all makes mistake one time or another.. 🙂
akhirnya gimana? hehe 🙂
iiiiihhh.. spoiler dong, hehe.. ada deh 😉
aku belum baca buku ini, tapi udah siap di rak buku 😀 dan aku sudah suka gaya penceritaan Windry sejak membaca Metropolis
Aku malah br baca sekarang nih! Ok juga ternyata..
Wahhh…seru nih kayknya…aku sih suka gaya bercerita Windry di Orange…siap dikoleksi dehhh…
Btw, suka deh komen terakhirnya soal perbandingan Sigi ama Simon, hahaha….jadi itu kayak Wonbin sama Nicholas Saputra, nggak? hihihi
Persis!! Kyk Won Bin sama Nicholas Saputra, hihihi.. Aku belum baca yang Oranje.. Jd berminat nyari nih 🙂
Reblogged this on aku dan bintang.
kok tiba tiba keinget lagu memori-nya vina:
..memori..kau membuka luka lama yang kuingin lupa..dudududu
hihihihi
Ini namanya buah mangga buah kedondong.. ngga nyambung dong 🙂
kadang baca buku ginian enak kalo lagi suntuk atau kebanyakan baca yang berat2 ya nis…jadi terbayang masa mudah deh awww =D
Iya.. Makanya aku suka selang seling baca tipe buku trid.. Biar lebih berwarna, hehe.. Ehm.. Ehm.. Skrg kita emang udah ngga muda lagi kah? *self toyor* 😉
jadi tertarik pengen beli. ^^ gra2 baca review ini
Hehe.. Bagus kok ceritanya.. Coba aja dibaca, siapa tau suka juga.. Thanks ya udah berkunjung 🙂
Akhirnya jadi juga beli dan baca buku ini 😀
Hehe.. Selamat membaca kalo gitu 😀
Aaaah reviewmu keren!! Pasti banyak yang lebih tergoda abis bacanya 🙂
Salam kenal mbak annisa.namanya sama deh.wah blog nya isi nya keren2 mbak.kupelototi dari subuh deh.good review mbak.btw yg buku ini belum baca.bagus juga ya…secara my indonesian fav ku..pramoedya,remi silado sm bung andrea hirata
Saya juga suka banget Pramoedya, Andrea Hirata juga suka.. Tengkyu ya udah baca review2nya.. Happy reading.. 😊